Thursday, December 12, 2013
Browse Manual »
Wiring »
manusia
»
rekayasa
»
Rekayasa Manusia
Apakah bakat dan kecerdasan yang diwariskan, ataukah pembelajaran dan pelatihan yang dilakukan, yang mampu membuat semua pencapaian itu menjadi nyata? Kita semua menyadari bahwa pembelajaran dan pelatihanlah yang lebih banyak berperan dalam memaksimalkan kapasitas kita sebagai manusia. Melalui sebuah “rekayasa pikiran”, yang melibatkan secara aktif peran keyakinan dan emosi, seperti optimisme, meaningful self-talks, manajemen mood, imajinasi, atau motivasi kenikmatan vs. penderitaan, ditambah dengan strategi, teknik, role model, mentor, serta proses pembelajaran yang tepat, semua orang memiliki peluang yang besar untuk mengembangkan kapasitas di bidang apapun juga semasa hidupnya. Mind beyonds body ujar beberapa pakar. Hal mana yang dapat kita simak dalam berbagai fenomena kehidupan.
Rekayasa Manusia
Di dalam hidup ini, kita dapat mencapai hal apapun jua yang jauh melebihi dari apa yang pernah kita bayangkan untuk dapat tercapai. Tidak percaya? Coba lihatlah kehidupan masing-masing sahabat sendiri. Dibandingkan 10 tahun yang lalu tentu ada banyak sekali perubahan yang sudah kita alami. Bagi sahabat yang gemar sekolah, kini banyak yang sudah menyandang gelar profesor. Bagi sahabat yang tekun berbisnis, kini bangga melihat perusahaannya
listed di bursa, terus bertumbuh, dan terkemuka. Bagi sahabat yang mendedikasikan diri di bidang olahraga, kini menjadiliving story akan rahasia dan kunci prestasinya kepada mereka yang membutuhkan. Dan begitu banyak lagi kisah dan versi lainnya dari hidup kita masing-masing yang mengagumkan. Tak kurang dari ratusan standar pencapaian yang ada di dunia ini, pun terus menampilkan sejarah yang mampu menginspirasi banyak orang. Mulai dari Guinness World Records, Olympics Records, Time 100, Fortune Global 500, Nobel Prize, dan lain-lain, yang kesemuanya menceritakan satu hal kepada kita untuk dicermati bersama: kapasitas manusia.Apakah bakat dan kecerdasan yang diwariskan, ataukah pembelajaran dan pelatihan yang dilakukan, yang mampu membuat semua pencapaian itu menjadi nyata? Kita semua menyadari bahwa pembelajaran dan pelatihanlah yang lebih banyak berperan dalam memaksimalkan kapasitas kita sebagai manusia. Melalui sebuah “rekayasa pikiran”, yang melibatkan secara aktif peran keyakinan dan emosi, seperti optimisme, meaningful self-talks, manajemen mood, imajinasi, atau motivasi kenikmatan vs. penderitaan, ditambah dengan strategi, teknik, role model, mentor, serta proses pembelajaran yang tepat, semua orang memiliki peluang yang besar untuk mengembangkan kapasitas di bidang apapun juga semasa hidupnya. Mind beyonds body ujar beberapa pakar. Hal mana yang dapat kita simak dalam berbagai fenomena kehidupan.
Dalam acara The Biggest Loser misalnya. Semua kontestan dengan bobot tubuh yang sangat gemuk sekalipun, ternyata mampu untuk membuat terobosan, yakni menurunkan berat badannya hingga 50% dari beratnya semula. Hal yang tampak mustahil namun menjadi mungkin dengan menggunakan pendekatan seperti apa yang telah dijabarkan di atas. Begitupun halnya dengan fenomena yang terjadi kepada para kontestan Fear Factor, komunitas suspensi Fakir Musafar, penganut sekte Nath di India yang melakukan ritual berjalan di atas api, Nelson Mandela yang mampu bertahan walau dipenjara selama 26 tahun, Y.W. Junardy yang awalnya operator berijazahkan SMU namun akhirnya menjabat presiden direktur IBM Indonesia, Mark Zuckerberg yang mendirikan facebook, para pemecah rekor dunia, bahkan dalam fenomena ESP (extra sensory perception), intelijen, maupun terorisme.
Kekuatan pikiran kita, yakni keyakinan dan emosi, yang dikombinasikan dengan fokus kuat pada pelatihan pembelajaran terhadapnya, mampu mengubah perilaku dan karakter, serta menghasilkan karya dan penemuan.
Sebagai fasilitator belajar, pun saya sering membuktikan akan hal ini. Sekedar berbagi cerita kepada sahabat, beberapa tahun yang lalu salah seorang karyawan kami berinisial D, berusia 36 tahun, sudah mengabdi di kantor kami selama 7 tahun berturut-turut dengan jabatan dan pekerjaan yang sama, yakni sebagai seorang office boy. Tugas tambahan lain beliau adalah sebagai kurir perusahaan untuk korespondensi daerah Jabodetabek dengan menggunakan sepeda motor. Sebelum bergabung ke kantor kami, pengalaman kerjanya hanyalah sebagai seorang buruh bangunan setamatnya dari STM. D tak mampu berbahasa Inggris apalagi mengoperasikan komputer.
Saat salah seorang karyawan di bidang ekspor-impor mengundurkan diri, kami sangat kesulitan mencari penggantinya. Namun saya menantang diri untuk mengajukan D sebagai kandidat internal ke Manajemen karena saya melihat kemauannya yang tinggi untuk belajar. Setelah melalui diskusi yang panjang, direktur kami yang bijak pun mempersilahkan saya untuk merealisasikan hal ini dengan syarat, yang bersangkutan benar mampu melaksanakan tugasnya yang baru nanti.
Rekan-rekan kantor saat itu menganggap saya berlebihan, namun saya tetap bersikeras dengan meminta waktu 3 bulan dalam mempersiapkan D. Selama 3 bulan tersebut, selepas jam kantor di malam hari, saya memperkenalkan komputer, khususnya aplikasi perkantoran, dan bahasa Inggris kepada D, yang nota bene seumur hidup baru kali ini mempelajarinya secara intensif. Namun syukurlah, dengan ketekunan dan kesabaran saat membimbingnya, setelah 3 bulan, D mampu untuk berbahasa Inggris dan mengerjakan urusan ekspor-impor dengan lancar layaknya karyawan yang mengundurkan diri tersebut. Dan akhirnya, Manajemen pun menyetujui untuk mempromosikan D sebagai staf ekspor-impor kami yang baru. Sebuah proses yang tidak mudah untuk dijalani namun sangat membahagiakan untuk saya kenang.
Merangkum tulisan ini, saya mengajak sahabat semua untuk mensyukuri limpahan nikmat karunia-Nya yang luar biasa kepada diri kita masing-masing. Bahwa dimanapun kita berada saat ini, sesungguhnya kapasitas kita sebagai manusia di bidang apapun, dengan izin dan perkenan dari-Nya, akan dapat kita kembangkan sebaik-baiknya melampaui apa yang dapat kita bayangkan. No matter what.
Sumber : kompasiana.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment